Bab 5: The Divine Reality — A Universe from Nothing?

Feb 21, 2023 12:24 · 1478 words · 7 minute read #ateisme #islam #filosofi

Bab 5: The Divine Reality — A Universe from Nothing?

Catatan pribadi dan ringkasan Bab 5 dari buku The Divine Reality oleh Hamza Andreas Tzortzis.

Bayangin kamu lagi ada di suatu ruangan dan pintu yang barusan kamu masukin sudah tertutup rapat; gak ada yang bisa masuk dan keluar. Karena bosen gak ada apa-apa, kamu ngantuk dan mulai tertidur. Ketika terbangun sudah ada sebuah meja dan komputer yang menyala di tengah ruangan. Sambil penasaran, kamu membaca tulisan yang terpampang di layar komputer, “Tak perlu risau dan gundah! Meja dan komputer ini muncul sendiri kok, gak ada yang naro di sini.”

Kamu bakal percaya gitu aja? Pasti nggak dong. Pasti ada seseorang yang melakukannya. Tapi karena kamu orangnya suka merenung, kamu mulai moncoba memikirkan semua sebab dan kemungkinan bagaimana meja dan komputer tersebut bisa berada di dalam ruangan, apa betul ia ada begitu saja seperti yang tertulis di layar. Yang pada akhirnya dapat direduksi menjadi 3 penyebab:

  1. Mereka memang muncul dengan sendirinya, tidak dari mana-mana. Alias dari ketiadaan.
  2. Mereka sendiri adalah penyebabnya, yang berarti meja dan komputernya menciptakan diri mereka sendiri.
  3. Mereka diletakkan di dalam ruangan oleh suatu penyebab eksternal; bisa seseorang, angin, mesin, dll.

Karena kamu orangnya rasional, kamu meyimpulkan bahwa penyebab [3] lah yang paling masuk akal.

Kerangka berfikir yang sama dapat kita aplikasikan juga terhadap alam semesta ini. Mungkinkah ia muncul begitu saja dari ketiadaan?

Argumen dari Al-Qur’an

Al-Qur’an telah memberikan argumen yang kuat tentang Tuhan sebagai Pencipta:

“Ataukah mereka tercipta tanpa Pencipta, ataukah mereka menciptakan diri mereka sendiri, sehingga mereka tidak mengakui adanya Pencipta yang harus mereka sembah?” — QS 52:35

“Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi dengan penciptaan yang sangat indah ini? Sesungguhnya mereka sendiri tidak yakin (oleh karenanya mereka menyekutukan-Nya).” — QS 52:36

Walaupun ayat ini sebeneranya berbicara tentang penciptaan manusia, namun kita dapat menerapkannya juga ke segala sesuatu yang bermula, termasuk alam semesta ini.

Mari kita break down argumen dari Al-Qur’an tentang kemungkinan sesuatu dapat muncul atau bermula:

  1. Ia muncul begitu saja dengan sendirinya.
  2. Ia menciptakan dirinya sendiri.
  3. Ia diciptakan oleh suatu yang juga diciptakan.
  4. Ia diciptakan oleh zat yang tidak diciptakan: “sungguh mereka sendiri tidak yakin” mengisyaratkan bahwa pastilah ada zat di luar ketiga poin di atas yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu, yang mana zat ini tidak bermula/diciptakan (karena kalau zat juga ini diciptakan, maka poin [4] ini gak akan ada, masuknya ke poin [3]).

Muncul Begitu Saja? Dari Ketiadaan?

Ketiadaan adalah tak adanya sesuatu, apapun itu. Kalau sesuatu lenyap, keadaan lenyap itulah yang disebut ketiadaan. Kita juga bisa melihat ketiadaan sebagai suatu keadaan tanpa causal condition. Causal condition adalah sesuatu yang menyebabkan/menghasilkan efek, bisa materil maupun non-materil.

Jadi apakah alam semesta ini bisa muncul dari ketiadaan? Pasti enggak. Karena dari ketiadaan, muncul ketiadaan juga. Ia tak memiliki apa-apa. 0 + 0 + 0 = 0.

Kalo ada orang yang bilang bahwa sesuatu dapat muncul dari ketiadaan, maka implikasinya bakal absurd: semua orang juga bisa mengklaim sak jidate dewe kalau sesuatu yang lain juga dapat muncul dari ketiadaan. Saya bisa ngaku-ngaku kalo kemaren saya ngeliat doraemon di rumah, tiba-tiba aja muncul, tanpa sebab.

Begitupun sebaliknya, saya juga bisa bilang sesuatu dapat lenyap dengan sendirinya tanpa sebab. Jadi kalo ditanya dimana doraemonnya, tinggal bilang “mon maaf, doraemonnya ngilang gitu aja.”

Alam Semesta Menciptakan Dirinya Sendiri?

Mungkinkan ibumu melahirkan dirinya sendiri? Sudah jelas jawabannya tidak. Ketika sesuatu dibuat/diciptakan, berarti sebelumnya ia tiada. Gak masuk akal bila sesuatu yang tiada memiliki kekuatan/kemampuan untuk menciptakan sesuatu (termasuk dirinya sendiri). Al-Khattabi melihat betapa anehnya argumen ini,

This is an even more fallacious argument, because if something does not exist, how can it be described as having power, and how could it create anything? How could it do anything? If these two arguments were refuted, then it is established that they have a creator, so let them belive in Him.

Tercipta dari Hal Lain Yang Juga Tercipta?

Anggaplah jawabannya iya, bahwasannya alam semesta ini diciptakan oleh sesuatu yang lain (yang juga diciptakan). Namun pertanyaan yang akan langsung muncul adalah terus yang nyiptain dia siapa? Kalau jawabannya “another created thing”, pertanyaan dan jawaban ini bakal muter aja gak ada habisnya (infinitely).

Masalahnya adalah mustahil di dunia ini untuk mengaktualisasi konsep infinity. Contoh: ada sebuah kotak, dimana di atasnya ada kotak lain dengan setengah volume kotak di bawahnya. Di atas kotak kedua tadi ada kotak ketiga dengan setengah volume kotak kedua. Terus begitu sampai tak terhingga. Nah pertanyaannya…

❓ Kalau kamu diminta untuk mengambil kotak yang paling atas, berapakah volumenya? [Klik untuk jawaban] Jawabannya mustahil: kamu tak akan pernah bisa mengambil kotak teratas, karena kalau bisa ya namanya bukan "tak terhingga".

Bila analogi yang sama kita terapkan juga ke alam semesta ini, dimana alam semesta ini kita namakan U1, U1 terlahir dari U2, U2 terlahir dari U3, dan seterusnya sampai U. Ini berarti U1 (alam semesta kita) membutuhkan jumlah U yang tak terhingga terlebih dahulu untuk bisa muncul di dunia ini. Lha kalau sesuatu yang tak terhingga (infinity) ini harus ada terlebih dahulu sebelum adanya kita, by logical necessity kita gak akan pernah bisa ada di dunia ini.

Masalah ini biasa disebut dengan infinite regress of causation.

The infinite”, kata seorang matematikawan Jerman David Hilbert, “is nowhere to be found in reality. It neither exists in nature nor provides a legitimate basis for rational thought… the role that remains for the infinite to play is solely that of an idea.

Dr. Jaafar Idris menulis, “there would be no series of actual causes, but only a series of non-existents… The fact, however, is that there are existents around us; therefore, their ultimate cause must be something other than temporal causes.

Tercipta dari Zat Yang Tak Tercipta

Lalu jika opsi-posi di atas bukan jawabannya, lalu apa? Jawaban terbaik adalah alam semesta muncul (baik secara langsung maupun tidak langsung) dari Penyebab yang Tak Disebabkan (an uncaused cause) atau Pencipta yang Tak Tercipta (an uncreated creator). Al-Ghazali berkata, “the same can be said of the cause of the cause. Now this can either go on ad infinitum, which is absurd, or it will come to an end.

Lho kalau memang ujungnya itu harus berupa sesuatu yang tak tercipta, yang orang-orang sebut sebagai Tuhan, bisa aja dong kita bilang bahwa zat itu adalah alam semesta ini, bukan Tuhan? Seorang filsuf Abraham Varghese pernah menulis, “now, clearly, theists and atheists can agree on one thing: if anything at all exists, there must be something preceeding it that always existed. How did this eternally existing reality come to be? The answer is that it never came to be. It always existed. Take your pick: God or universe. Something always existed.

Namun karena alam semesta ini dependent dan contingent (dibahas di Bab 6) maka jawabannya sudah pasti bukan alam semesta.

Kesimpulan bahwa ada Zat yang tak tercipta mungkin sulit dibayangkan dengan akal kita yang terbatas, namun menurut saya pribadi ini adalah penjelasan terbaik karena kita sudah exhaust semua kemungkinan dan ternyata sampai di kesimpulan ini. The best explanation tak mesti berpanjang lebar.

Sifat Zat yang Tak Tercipta

Dari pembahasan di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa Zat yang memunculkan alam semesta ini pastilah:

  1. Abadi. Ia selalu ada. Sesuatu yang tak bermula berarti abadi. Pertanyaan-pertanyaan klasik seperti siapa yang menciptakan Tuhan tak bisa ditanyakan lagi. Karena secara definisi, Tuhan itu uncreated. Kalau diciptakan ya namanya bukan Tuhan. “Allahu Al-Ṡamad” QS 112:2.
  2. Transenden. Jika Pencipta ini bagian dari ciptaannya sendiri maka ia menjadi kontingen, terbatasi oleh kualitas-kualitas fisik. Terbatas adalah sifat benda kontingen sedangkan Tuhan tidak kontingen, Ia absolut (necessary dalam Bahasa Inggris, dibahas di Bab 6). Allah berfirman, “Tak ada sesuatupun yang menyerupainya”, QS 112:4.
  3. Mengetahui. Kita bisa lihat di alam semesta ini mengandung banyak keteraturan dan konsistensi hukum alam. Ada hukum gravitasi, elektromagnetik, nuklir, dan lain-lain. Hukum-hukum ini menunjukkan adanya pembuat hukum. Pembuat hukum tak mungkin tak berilmu. “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” QS 59:7.
  4. Berkuasa. Dia pastilah memiliki kekuatan dan kekuasaan yang tak terhingga karena telah menciptakan alam semesta yang penuh dengan kekuatan dan energi ini. Nggak perlu jauh-jauh, ambil satu atom saja dari sekian banyaknya atom di dunia ini lalu belah jadi dua, boom nuclear fission 💥. Ini baru satu atom, masih ada 10^82 atom lainnya. “Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” QS 2:20.
  5. Berkehendak. Dapat memilih antara beberapa pilihan membuktikan kemampuan berkehendak. Allah telah memilih satu dari dua pilihan: menciptakan atau tidak menciptakan alam semesta. Artinya Dia memiliki kehendak. Kita juga sudah pernah bahas di bab-bab sebelumnya bahwa sesuatu tak dapat melahirkan sesuatu lain yang tak dimilikinya. Manusia memiliki kehendak, oleh karenanya penciptanya pun juga pasti memiliki kehendak. “…kecuali jika Tuhanmu menghendaki yang lain” QS 11:107.

Kesimpulan

Kita telah membahas di bab ini bahwa alam semesta ini tak mungkin muncul dengan sendirinya atau menciptakan dirinya sendiri. Harus ada faktor eksternal. Yaitu Allah, sang Pencipta yang tak Tercipta.

… [Bersambung ke Bab 6]

Edit on